Sebagai
makhluk sosial, setiap manusia setiap harinya berinteraksi dengan manusia
lainnya. Dalam interaksi tersebut memungkinkan manusia menyampaikan aspirasi
dan tidak dipungkiri dapat menciptakan gagasan atau tujuan yang sama dengan
manusia lain. Interaksi dan tujuan yang sama ini akan terus berkembang dengan
teratur sehingga membentuk wadah yang disebut dengan organisasi. Interaksi atau
hubungan antar individu-individu dan kelompok dalam setiap organisasi akan
memunculkan harapan-harapan. Harapan ini kemudian akan menimbulkan
peranan-peranan tertentu yang harus diemban oleh masing-masing individu untuk
mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi/kelompok. Sebuah organisasi memang
dibentuk sebagai wadah yang didalamnya berkumpul sejumlah orang yang
menjalankan serangkaian aktivitas tertentu secara teratur guna tercapainya
tujuan yang telah disepakati bersama.
Dalam
organisasi tidak lepas dari yang namanya komunikasi, karena komunikasi
merupakan bagian internal dari organisasi. Komunikasi ibarat sistem yang
menghubungkan antar orang, antar bagian dalam organisasi. Efektivitas
organisasi terletak pada efektivitas komunikasi, sebab komunikasi itu penting
untuk menghasilkan pemahaman yang sama antara pengirim informasi dengan
penerima informasi pada semua anggota dan pemimpin dalam organisasi. Selain itu
komunikasi juga berperan untuk membangun organisasi yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas organisasi.
A.
Pengertian
Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal
maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal
adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya
berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam
organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam
organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat
resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara
sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya
secara individual.
Komunikasi
dalam organisasi adalah juga dapat diartikan sebagai komunikasi di suatu
organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan
khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka pembinaan kerja
sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Effendy,1989:
214).
Komunikasi memelihara motivasi dengan
memberikan penjelasan kepada para karyawan tentang apa yang harus dilakukan,
seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kinerja jika sedang berada di bawah standar (Robbins, 2002).
B.
Hubungan Ilmu Komunikasi dengan Organisasi
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan
organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia
yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi
mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode
dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya,
faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi
pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya
menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan
jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan
memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilakukan.
C.
Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi
komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:
a. Fungsi informatif
Organisasi dapat
dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota
dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak,
lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi
dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi
ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan
karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di
samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan
kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
b. Fungsi regulatif
Fungsi ini
berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.
Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:
Berkaitan dengan
orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki
kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi
perintah atau instruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya.
Berkaitan dengan
pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya,
bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak
boleh untuk dilaksanakan.
c. Fungsi persuasif
Dalam mengatur
suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil
sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang
lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab
pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan
kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan
kekuasaan dan kewenangannya.
d. Fungsi integratif
Setiap organisasi
berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang
dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:
Saluran
komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin,
newsletter) dan laporan kemajuan organisasi.
Saluran
komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat
kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan
aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar
dalam diri karyawan terhadap organisasi.
D.
Proses Komunikasi dalam Organisasi
Terdapat 2 proses komunikasi dalam
organisasi, yaitu proses komunikasi internal dan proses komunikasi eksternal.
a. Komunikasi
Internal
Merupakan pertukaran
gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan dalam
struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan
vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan berjalan (operasi dan
manajemen).
Adapun Empat
Dimensi Komunikasi dalam organisasi, yaitu :
·
Downward communication
Yaitu komunikasi
yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen
mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah
ini adalah:
-
Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja
(job instruction)
-
Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu
tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)
-
Penyampaian informasi mengenai
peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)
-
Pemberian motivasi kepada karyawan untuk
bekerja lebih baik.
·
Upward communication
Yaitu komunikasi
yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya.
Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
-
Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan
ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
-
Penyampaian informasi tentang
persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh
bawahan
-
Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
-
Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya
sendiri maupun pekerjaannya
Komunikasi ke
atas menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil
manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari
bawah. Sharma (1979) mengemukakan 4 alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat
amat sulit:
-
Kecenderungan bagi pegawai untuk
menyembunyikan pikiran mereka
-
Perasaan bahwa atasan mereka tidak tertarik
kepada masalah yang dialami pegawai
-
Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas
yang dilakukan pegawai
-
Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi
dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai
·
Horizontal communication
Yaitu komunikasi
yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan
yang setara.
Fungsi arus
komunikasi horisontal ini adalah:
-
Memperbaiki koordinasi tugas
-
Upaya pemecahan masalah
-
Saling berbagi informasi
-
Upaya pemecahan konflik
-
Membina hubungan melalui kegiatan bersama
·
Interline communication
Yaitu tindak
komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional. Spesialis
staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya
tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat
banyak komunikasi lintas-saluran yang dilakukan spesialis staf dan orang-orang
lainnya yang perlu berhubungan dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan
kebijakan organisasi untuk membimbing komunikasi lintas-saluran.
b. Komunikasi
Eksternal
Adalah komunikasi
antara pimpinan organisasi (perusahaan) dengan khalayak audience di luar
organisasi. Contoh dari komunikasi eksternal, yaitu :
-
Komunikasi dari organisasi kepada khalayak
yang bersifat informatif. Contohnya adalah Majalah, Press release/media
release, Artikel surat kabar atau majalah, Pidato, Brosur, Poster, Konferensi
pers, dll.
-
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi.
E.
Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi atau communication
style akan memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana perilaku
orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindakan berbagi
informasi dan gagasan. Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita
akan mengkaji jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam
tataran manajemen sewaktu mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi
dalam organsasi, kita akan diajak untuk memikirkan bagaimana mendefinisikan
tujuan kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita memilih
orang yang tepat untuk diajak bekerjasama dan bagaimana kita memilih saluran
yang efektif untuk melaksanakan tugas tersebut.
Gaya komunikasi (communication style)
didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi
yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal
behaviors that are used in a given situation). Masing-masing gaya komunikasi
terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan
respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian
dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender)
dan harapan dari penerima (receiver).
a.
The Controlling style
Gaya
komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu
kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran
dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini
dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.
Pihak-pihak
yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian
kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan.
Mereka
tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka
tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika
umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka.
Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif
orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk
memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan
yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan
agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain
apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering
dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara
efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi
yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga
menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
b.
The Equalitarian style
Aspek
penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian
style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran
pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way
traffic of communication).
Dalam
gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya,
setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam
suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian,
memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian
bersama.
Orang-orang
yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang
yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan
yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup
hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi
dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja
sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu
permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin
berlangsungnya tindakan berbagi informasi (share) di antara para anggota dalam
suatu organisasi.
c.
The Structuring style
Gaya
komunikasi ini lebih memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun
lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan
pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi
perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi
tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam
organisasi tersebut.
Stogdill
dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University,
menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama
Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan
mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang
yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan
organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
d.
The Dynamic style
Gaya
komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim
pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada
tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering
dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga
(salesmen atau saleswomen).
Tujuan
utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimulasi atau merangsang pekerja
ataupun karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya
komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai
kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
e.
The Relinguishing style
Gaya
komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat
ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun
pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol
orang lain.
Pesan-pesan
dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang
bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti
serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang
dibebankannya.
f.
The Withdrawal style
Akibat
yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk
berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun
kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam
deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin
dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba
melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu
keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu,
gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
Kesimpulan
·
Organisasi adalah suatu tempat dimana terdapat
kesamaan tujuan untuk mencapainya bersama-sama melalui jenjang kepangkatan dan
pembagian tugas dimana manajemen mengordinasikan sumber bahan dan sumber daya
manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang.
·
Komunikasi dalam organisasi adalah juga dapat
diartikan sebagai komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik
dengan para karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan
organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan
dan sasaran organisasi (Effendy,1989: 214).
·
Komunikasi memiliki empat fungsi, yaitu fungsi
informatif, regulatif, persuasif, dan integratif.
·
Terdapat 2 proses komunikasi dalam organisasi,
yaitu proses komunikasi internal dan proses komunikasi eksternal.
·
Gambaran umum yang diperoleh dari uraian
mengenai gaya komunikasi di atas adalah bahwa the equalitarian style of
communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya
komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan
secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan
dua gaya komunikasi terakhir: controlling dan withdrawal mempunyai
kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat
Daftar
Pustaka
Komunikasi
Organisasi, http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_organisasi,
27 Maret 2013
Deddy,
Makalah Peran Komunikasi Dalam Organisasi , http://surantasainstechno.blogspot.com/2012/04/makalah-peran-komunikasi-dalam.html
, 29 Maret 2013
Aditya
Lakza, Makalah peranan komunikasi dalam organisasi, http://www.slideshare.net/adityalakzak/makalah-teh-cucu
, 29 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar