A. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah tulisan
yang mempunyai struktur minimal subjek dan predikat dan intonasi finalnya
menunjukkan tulisan yang sudah dilengkapi dengan makna. Unsur kalimat adalah
fungsi sintaks yang terdiri dari subjek, predikat, objek, pelengkap dan
keterangan. Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memliki unsur Subyek dan
Predikat.
B. Unsur-Unsur Kalimat
1. Subjek
Subjek
merupakan bagian kalimat yang menunjukkan pada pelaku, tokoh, atau suatu
masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Biasanya subjek diisi oleh kata benda
atau frasa nominal, klausa, atau frasa verbal.
Ciri-ciri Subjek :
·
Jawaban
atas pertanyaan Apa atau Siapa yang ditujukan kepada predikat.
·
Disertai oleh kata ini, itu dan yang ( ini,
itu dan yang merupakan pembatas antara subyek dan predikat.
·
Dapat
berupa nomina, verba, atau adjektiva
·
Didahului
kata Bahwa
·
Mempunyai
keterangan pewatas Yang
·
Tidak
didahului preposisi
Contoh :
·
Ayahku sedang membaca Koran.
·
Yang berbaju Kemeja kakak saya.
·
Berjalan kaki menyehatkan badan.
2. Predikat
Predikat
merupakan bagian kalimat yang memberi tahu perbuatan apa yang dilakukan oleh
subyek, yaitubpelaku/tokoh didalam suatu kalimat. Predikat juga menyatakan
sifat/ keadaan subyek.
Ciri-ciri Predikat :
·
Menimbulkan
pertanyaan apa atau siapa
·
kata
adalah atau ialah
Predikat kalimat
dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan predikat yang demikian
digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat.
·
Dapat
disertai kata- kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat
yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti
telah, belum, dan akan. Kata-kata itu
terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina
bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap
pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
Contoh :
·
Rahma
mahasiswi baru.
·
Kucing
kakakku belang tiga.
·
Putri
Indonesia cantik jelita.
3. Objek
Objek
merupakan bagian kalimat yang melengkapi predikat. Objek umummnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak objek selalu dibelakang predikat yang
berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya objek yang
berawalan me-. Sedangkan Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan
berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek.
Ciri-ciri Objek :
·
Objek
hanya memiliki tempat dibelakang predikat.
·
Dapat
menjadi Subjek kalimat pasif
Objek yang hanya
terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam
kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan
bentuk verba predikatnya.
·
Didahului
kata bahwa
Anak kalimat
pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi
unsur objek dalam kalimat transitif.
Contoh
:
·
Orang itu menipu adik saya.
·
Ayahku membeli barang antik.
4. Pelengkap
Pelengkap
adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Pelengkap terletak dibelakang
predikat yang berupa verba. Jenis kata ynag mengisi pelengkap dan objek bias
sama yaitu nomina dan frasa nimonal. Antara pelengkap dan objek terdapat
perbedaan. Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi
subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat
aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
Ciri-ciri Pelengkap :
·
Terletak
dibelakang predikat
Ciri ini sama
dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan
pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
·
Hasil
jawabannya dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
·
Pamanku
membelikan boneka untuk anaknya.
·
Mereka
membelikan untuk ayahnya sepeda baru.
5. Keterangan
Keterangan
merupakan bagian kalimat yang menerangkan predikat dalam sebuah kalimat.
Posisis keterangan boleh diawal, tengah dan akhir kalimat. Pengisi keterangan
adalah adverbia, frasa nominal, frasa preposisional, atau klausa.
Contoh :
·
Anton
menjilid makalah kemarin pagi.
·
Polisi
menyelidiki kasus pembunuhan dengan hati-hati.
·
Karena malas belajar, Chyntya tidak
lulus ujian.
C. Pola Kalimat Dasar
Kalimat dasar terdiri atas beberapa
struktur kalimat yang dibentuk dengan lima unsur kalimat yaitu S, P, O, Pel,
Ket.
Kalimat dasar dapat dibedakan menjadi
delapan tipe, yaitu:
1. Kalimat dasar berpola SPOK
contoh : Ayah membaca koran dikamar
tengah
Ayah sebagai S, mebaca sebagai
P, koran sebagai O, dikamar tengah sebagai K
2. Kalimat dasar berpola SPOPel
contoh : ibu membelikan adik
mainan
ibu sebagai S, membelikan sebagai P,
adik sebagai O, mainan sebagai pel
3. Kalimat dasar berpola SPO
contoh
: Dosen mengajar mahasiswa
Dosen sebagai S, mengajar sebagai P, mahasiswa sebagai O
4. Kalimat dasar berpola SPPel
contoh
: Dia memberi semnagat
Dia sebagai S, memeberi sebagai P, semangat sebagai Pel
5. Kalimat dasar berpola SPK
contoh
: Dosen kami akan dikirim ke Australia
Dosen kami sebagai S, akan dikirimkan sebagai P, ke australia sebagai K
6. Kalimat dasar berpola SP (P:
verba)
contoh : Kami belajar
Kami sebagai S, belajar sebagai P
7.Kalimat dasar berpola SP (P:
Nomina)
contoh : kami mahasiswa
Kami sebagai S, mahasiswa sebagai P
8. Kalimat dasar berpola SP (P:
Adjektiva)
contoh
: Ilmuwan Hebat
ilmuwan sebagai S, Hebat sebagai P
D. Jenis
Kalimat
a. Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara(subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
·
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas
satu subjek dan satu predikat.
Contoh :
1. Komputernya rusak.
S
P
2. Suku bunga bank swasta tinggi.
S
P
·
Kalimat
Majemuk Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara
terjad dari dua kalimat tunggal atau lebi. Kalimat majemuk setara dikelompokkan
menjadi empat jenis, sebagai berikut.
- Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
o
Kami
membaca
o
Mereka
menulis
o
Kami
membaca dan mereka menulis.
2.
Kedua kalimat tunggal
yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika
kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemu
setara pertentangan.
Contoh:
o
Amerika dan Jepang
tergolong negara maju.
o
Indonesia dan
Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
o
Amerika dan Jepang
tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara
berkembang.
3. Dua kalimat tunggal ata lebih dapat dihubungkan
oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya
berurutan.
Contoh:
o
Mula-mula
disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan namanama
juara MTQ tingkat dewasa. Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai,
lalu Pak Ustaz membacakan doa selamat.
4. Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih
dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan
hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
o
Para
pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau
para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.
·
Kalimat Majemuk
tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat
yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat
ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan
yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat,
sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan,
syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak
kalimat.
Contoh:
o
Komputer itu
dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)
o
Mereka masih dapat
mengacaukan data-data komputer. (tunggal)
o
Walaupun komputer
itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka masih dapat mengacaukan
data-data komputer itu.
·
Kalimat Majemuk
Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara
(bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat).
Misalnya:
o
Karena hari sudah
malam, kami berhenti dan langsung pulang.
o
Kami pulang, tetapi
mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
b. Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retorikanya)
Tulisan akan lebih
efektif jika di samping kalimat-kalimat yang disusunnya benar, juga gaya
penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupun
kalimat-kalimat yang disusunnya sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum
tentu tulisan itu memuaskan pembacanya jika segi retorikanya tidak memikat.
Kalimat akan membosankan pembacanya jika selalu disusun dengan konstruksi yang
monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat itu selalu
subjek-predikat-objek-ketengan, atau selalu konstruksi induk kalimat-anak
kalimat. Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat
digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks
(anak-induk), dan (3) kalimat yang berimbang (setara atau campuran).
·
Kalimat
yang Melepas
Jika kalimat itu disusun
dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur
tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas.
Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun
unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
o
Saya
akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
o
Semua
warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar
kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
·
Kalimat
yang Klimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat
dan diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks.
Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak
kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah membaca induk
kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih
ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang
konstruksinya anak-induk terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Misalnya:
o
Karena sulit
kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
o
Setelah 1.138 hari
disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.
·
Kalimat yang
Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau
majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang karena
strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam
bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
o Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan
domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
o Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja
dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.
c. Jenis Kalimat Menurut Fungsinya
Menurut fungsinya, jenis
kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan
kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan
negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita
berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya
dijelaskan oleh bermacam-macam tanda baca.
·
Kalimat
Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan
dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia
ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi
menurun; tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
o
Presiden
Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
o
Indonesia
menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif
o
Tidak
semua bank memperoleh kredit lunak.
o
Dalam
pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi yang memuaskan
tentang bisnis komdominium di kotakota besar.
·
Kalimat
Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan
dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang
diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan
sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan
kapan.
Misalnya:
Positif
o
Kapan
Saudara berangkat ke Singapura?
o
Mengapa
dia gagal dalam ujian?
Negatif
o
Mengapa
gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang disepakati?
o
Mengapa
tidak semua fakir miskin di negara kita dapat dijamin penghidupannya oleh
nefara?
·
Kalimat
Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai
jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya,
intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
o
Maukah
kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
o
Tolong
buatlah dahulu rencana pembiayaannya.
Negatif
o
Sebaiknya
kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.
o
Janganlah
kita enggan mengeluarkan zakat kita jika sudah tergolong orang mampu.
·
Kalimat
Seruan
Kalimat seruan dipakai
jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang mendadak.
(Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya
tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
Positif
o
Bukan
main, cantiknya.
o
Nah,
ini dia yang kita tunggu.
Negatif
o
Aduh,
pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
o
Wah,
target KONI di Asian Games XIII tahun 1998 di Bangkok tidak tercapai.
d. Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah
kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau
penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga
kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Sebuah kalimat efektif mempunyai
ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan
makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan
bahasa.
·
Kesepadanan
Yang dimaksud dengan
kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa
yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang
kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki
beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
1. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan
jelas. Ketidakjelasan
subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja
membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu
kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam
bagi untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar
uang kuliah.
(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus
membayar uang kuliah. (Benar)
2. Tidak terdapat subjek yang ganda
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu
oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
3. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai
pada kalimat tunggal
Contoh:
a. Kami datang agak
terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli
sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan
dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua
gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung
antarkalimat, sebagai berikut.
a. Kami datang agak
terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau Kami
datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli
sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki. Atau
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor
Suzuki.
4.
Predikat kalimat tidak
didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut.
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
·
Keparalelan
Yang dimaksud dengan
keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.
Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan
atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air,
dan pengaturan tata ruang.
Kalimat a tidak
mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri
dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat
itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan
atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat b tidak
memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya,
yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat
itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut.
Tahap terakhir
penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
·
Ketegasan
Yang dimaksud dengan
ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok
kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu
memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk
membentuk penekanan dalam kalimat.
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan
kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun
bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi
kalimat.
2.
Membuat urutan kata yang
bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
3.
Melakukan pengulangan
kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4.
Melakukan pertentangan
terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5.
Mempergunakan partikel
penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
·
Kehematan
Yang dimaksud dengan
kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di
sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan,
sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria
yang perlu diperhatikan.
1. Penghematan dapat
dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
a.
Karena
tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b.
Hadirin
serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
2. Penghematan dapat
dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat
pada hiponimi
kata.
Kata merah
sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit
sudah mencakupi kata burung.
Contoh
:
a.
Ia memakai baju merah.
b.
Di mana engkau menangkap
pipit itu?
3. Penghematan dapat
dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat.
Contoh :
a. Dia hanya membawa
badannya.
b. Sejak pagi dia
bermenung.
4. Penghematan
dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
·
Bentuk
Tidak Baku Bentuk Baku
para tamu-tamu para tamu
beberapa orang-orang
beberapa orang
·
Kecermatan
Yang dimaksud dengan
cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat
dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
1. Mahasiswa
perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang
sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat yang benar menjadi
:
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
·
Kepaduan
Yang dimaksud dengan
kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak
mencerminkan cara berpikir
yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita
hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele. 2.
Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen
+ verbal secara
tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat
pasif persona.
Contoh :
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
3.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata
seperti daripad atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh :
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah
adat.
·
Kelogisan
Yang dimaksud dengan
kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya
sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di
bawah ini.
1. Waktu dan tempat
kami persilakan.
2. Untuk
mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
3. Haryanto Arbi
meraih juara pertama Jepang Terbuka.
4. Hermawan Susanto
menduduki juara pertama Cina Terbuka.
5. Mayat wanita yang
ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah
tersebut.
Kalimat itu tidak logis
(tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
1. Bapak Menteri kami
persilakan.
2. Untuk menghemat
waktu, kami teruskan acara ini.
3. Haryanto Arbi meraih
gelar juara pertama Jepang Terbuka.
4. Hermawan Susanto
menjadi juara pertama Cina Terbuka.
5. Sebelum meninggal,
wanita yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar